Raden Dewi Sartika: Pelopor Pendidikan Perempuan yang Melawan Batasan Sosial

Pada awal abad ke-20, pendidikan bagi perempuan masih menjadi hal yang langka. Namun, di tengah kondisi tersebut, lahirlah sosok pejuang yang berani mendobrak tradisi, yaitu Raden Dewi Sartika. Ia adalah pelopor pendidikan perempuan yang melawan batasan sosial yang mengekang.

Sejak kecil, Raden Dewi Sartika sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia pendidikan. Ia sering bermain “sekolah-sekolahan” bersama anak-anak pembantu di belakang rumahnya. Dari situlah ia menyadari bahwa setiap anak, tanpa memandang status, berhak mendapatkan ilmu.

Pada tahun 1904, dengan dukungan dari pamannya, ia berhasil mendirikan sekolah perempuan pertama di Indonesia. Sekolah ini diberi nama Sekolah Istri. Awalnya, sekolah ini hanya menggunakan ruangan kecil di Pendopo Kabupaten Bandung, tempat pamannya menjabat.

Murid-murid pertamanya hanya segelintir. Mereka diajarkan berbagai keterampilan, mulai dari membaca, menulis, berhitung, hingga menjahit, menyulam, dan memasak. Dewi Sartika percaya bahwa perempuan harus memiliki bekal keterampilan untuk bisa mandiri.

Tujuannya sangat sederhana, tetapi revolusioner: memberdayakan perempuan agar tidak hanya bergantung pada laki-laki. Ia ingin agar perempuan bisa menjadi “ibu cerdas” yang mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Ini adalah visi yang sangat maju pada masanya.

Perjuangan Raden Dewi Sartika tidaklah mudah. Ia menghadapi cibiran dan tantangan dari masyarakat yang masih kolot. Namun, semangatnya tidak pernah pudar. Ia terus meyakinkan para orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan.

Hasilnya, Sekolah Istri berkembang pesat. Jumlah murid terus bertambah. Ia pun memindahkan sekolahnya ke lokasi yang lebih luas. Bahkan, pada tahun 1910, namanya diubah menjadi Sekolah Keutamaan Istri, menandai perluasan kurikulum yang diajarkan.

Semangat Raden Dewi Sartika juga menginspirasi tokoh-tokoh lain. Sekolah serupa mulai didirikan di berbagai daerah di Jawa Barat. Gerakan pendidikan perempuan ini menjadi gelombang perubahan sosial yang tidak bisa dibendung lagi.

Perannya dalam mengangkat derajat perempuan melalui pendidikan adalah warisan yang tak ternilai. Ia membuktikan bahwa perempuan memiliki potensi besar yang harus diberikan ruang untuk berkembang. Ia telah membuka pintu bagi banyak perempuan untuk meraih impian mereka.