Sejak diperkenalkan, Kurikulum Merdeka telah membawa angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia. Salah satu dampak positif Kurikulum yang paling menonjol adalah peningkatan keberanian guru dalam mengembangkan ide-ide baru dan inovatif dalam proses belajar mengajar. Paradigma “merdeka belajar” telah membebaskan guru dari belenggu kurikulum yang kaku, mendorong mereka untuk menjadi arsitek pembelajaran yang lebih kreatif dan relevan bagi siswa.
Sebelumnya, banyak guru merasa terikat oleh tuntutan kurikulum yang padat dan terstandardisasi, sehingga ruang untuk eksplorasi metode pengajaran yang berbeda sangat terbatas. Namun, dengan Kurikulum Merdeka, guru diberikan otonomi yang lebih besar untuk menyesuaikan materi, metode, dan penilaian dengan kebutuhan serta minat siswa. Fleksibilitas ini secara alami memicu semangat berinovasi, karena guru kini memiliki kebebasan untuk bereksperimen dan menemukan cara terbaik untuk menyampaikan pembelajaran. Ini adalah dampak positif Kurikulum yang langsung terasa di lapangan.
Keberanian guru untuk mengembangkan ide baru ini termanifestasi dalam berbagai praktik di kelas. Kita dapat melihat guru merancang proyek-proyek interdisipliner yang melibatkan berbagai mata pelajaran, menggunakan permainan edukatif dan simulasi, hingga mengintegrasikan teknologi digital secara lebih mendalam dalam proses belajar. Mereka tidak lagi takut untuk keluar dari zona nyaman, karena fokus utama Kurikulum Merdeka adalah pada proses pembelajaran yang bermakna dan berpusat pada siswa, bukan sekadar pencapaian nilai akademis semata. Ini merupakan dampak positif Kurikulum yang signifikan terhadap profesionalisme guru.
Pada sebuah sesi berbagi praktik baik yang diselenggarakan oleh komunitas Guru Penggerak di Gedung Guru, Jakarta, pada hari Jumat, 7 Juni 2024, pukul 15.00 WIB, seorang guru senior dari Surabaya, Ibu Kartika Sari, menceritakan pengalamannya: “Sebelumnya, saya sering ragu mencoba hal baru. Tapi dengan Kurikulum Merdeka, saya merasa didukung untuk bereksperimen. Ini membuat saya lebih berani mengembangkan ide-ide pembelajaran yang lebih menyenangkan dan relevan bagi anak-anak.” Testimoni serupa juga banyak terdengar dari guru-guru di berbagai wilayah.
Singkatnya, Kurikulum Merdeka bukan hanya sekadar perubahan dokumen, melainkan sebuah transformasi filosofis yang memberdayakan. Dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada guru, kurikulum ini telah berhasil memicu keberanian dan kreativitas dalam diri mereka. Ini adalah dampak positif Kurikulum yang vital untuk melahirkan generasi siswa yang lebih adaptif, kritis, dan siap menghadapi masa depan yang terus berubah.